Jumat, 25 November 2011

Doa di Tahun Baru Hijriyah

Tidak terasa, perjalanan kita di tahun 1432 H sudah hampir berakhir. Besok Ahad (27/11), kita sudah memasuki tanggal 1 Muharrom 1433 H. Tak terasa pula, usia kita semakin berkurang, dan semakin dekat kita dengan kematian kita. 


Berbeda dengan tahun baru masehi yang berpedoman pada masa edar matahari, pergantian tahun Hijriyah berpedoman pada peredaran bulan, sehingga bulan baru datang saat terbenamnya matahari. Jadi, 'perayaan' tahun baru Hijriyah lebih tepatnya dilakukan setelah maghrib hari Sabtu (26/11) besok.


Nah, dalam rangka menyambut tahun baru 1 Muharroh 1433 H esok, saya ingin mengingatkan kita semua untuk membaca doa akhir tahun dan doa awal tahun. Berikut saya jelaskan kedua doa tersebut.


Doa akhir tahun
Doa akhir tahun sebaiknya dibaca tiga kali ba'da sholat Ashar di hari terakhir bulan Dzulhijjah tepatnya pada tanggal 29 atau 30. Menurut beberapa keterangan ulama', dengan membaca doa akhir tahun maka kita memohon kepada Allah SWT untuk mengampuni dosa-dosa yang kita kerjakan satu tahun yang lalu. Dengan doa ini kita juga memohon kepada Allah SWT agar amal perbuatan kita yang baik selama setahun yang telah lewat dapat diterima Allah SWT. Dalam majmu' syarif juga disebutkan, jika seseorang membaca doa ini, maka syetan berkata, "Kesusahanlah bagiku dan sia-sialah pekerjaanku menggoda anak Adam pada satu tahun ini". Berikut doa akhir tahun tersebut:


Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. 
Wa shallallaahu 'ala sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.
Allaahumma maa 'amiltu fi haadzihis-sanati mimmaa nahaitani 'anhu falam atub minhu wa lam tardhahu wa lam tansahu wa halamta 'alayya ba'da qudratika 'alaa uquubati wa da'autani ilattaubati minhu ba'da jur'ati alaa ma'siyatika fa inni astaghfiruka fagfirlii wa maa 'amiltu fiihaa mimma tardhaahu wa wa'adtani 'alaihits-tsawaaba fas'alukallahumma yaa kariimu yaa dzal-jalaali wal ikram an tataqabbalahuu minni wa laa taqtha' rajaai minka yaa karim, wa sallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa 'alaa 'aalihii wa sahbihii wa sallam

Artinya:

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW,beserta para keluarga dan sahabatnya. Ya Allah, segala yang telah ku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-Mu, sedang kami belum bertaubat, padahal Engkau tidak melupakannya dan Engkau bersabar (dengan kasih sayang-Mu), yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untuk saya, dan Engkau telah mengajak saya untuk bertaubat sesudah melakukan maksiat. Karena itu ya Allah, saya mohon ampunan-Mu dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu.
Segala apa yang telah saya kerjakan, selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, saya mohon kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah, wahai Dzat Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, semoga berkenan menerima amal kami dan semoga Engkau tidak memutuskan harapan kami kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah.
Dan semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan atas penghulu kami Muhammad, Nabi yang Ummi dan ke atas keluarga dan sahabatnya.

Doa awal tahun
Doa awal tahun sebaiknya dibaca tiga kali ba'da sholat Maghrib pada hari pertama bulan Muharrom, tepatnya tanggal 1 Muharrom. Dengan membaca doa ini kita memohon kepada Allah SWT agar selama satu tahun yang akan datang kita dilindungi dari godaan syetan, dapat melakukan banyak amal kebaikan, serta mendapat rahmat dan keselamatan dari Allah SWT. Dalam majmu' syarif disebutkan, jika seseorang membaca doa ini,  maka syetan berkata, "Telah amanlah anak Adam ini dari padaku pada ini tahun karena bahwasannya Allah ta'ala telah mewakilkan dua malaikat memelihara akan dia dari pada fitnah syetan". Berikut doa awal tahun tersebut:
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa 'aalihi wa shahbihii wa sallam.
Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwalu, wa 'alaa fadhlikal-'azhimi wujuudikal-mu'awwali, wa haadza 'aamun jadidun qad aqbala ilaina nas'alukal 'ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa'ihi wa junuudihi wal'auna 'alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu'i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni
ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, wa sallallaahu 'alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa 'aalihi wa shahbihii wa sallam

Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Ya Allah Engkaulah Yang Abadi, Dahulu, lagi Awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu tempat bergantung.
Dan ini tahun baru benar-benar telah datang. Kami memohon kepada-Mu perlindungan dalam tahun ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan,agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, Nabi yang ummi dan ke atas para keluarga dan sahabatnya.

Nah, itulah doa akhir dan awal tahun. Sebenarnya redaksional doa juga gak harus seperti itu. Ada beberapa macam doa lagi yang intinya kita mohon datangnya tahun baru ini mendatangkan kebaikan bagi kita semua. tentunya dengan ridho Allah SWT.

Wallahua'lam...

Selasa, 22 November 2011

Bahagianya menjadi Wanita

Beberapa kali saya disambati wanita tentang kodratnya sebagai WANITA. Saudara, teman kerja, teman kuliah, siswa, hingga istri saya pernah menyampaikan ini pada saya. Mungkin di luar yang saya ketahui, lebih banyak lagi wanita yang memiliki perasaan serupa.

Apa saja sambatan yang sempat mampir di telinga saya? Berikut sebagian sambatan yang (mungkin) Anda, para pembaca wanita, juga pernah berkeluh kesah karenanya:
1. Sulitnya menjaga aurat karena aurat wanita lebih banyak dari pada pria.
2. Wanita harus mengandung dan melahirkan.
3. Wanita harus taat kepada suaminya, sementara suami punya kuasa terhadap istrinya.
4. Ibadah wanita tidak sebanyak pria, karena wanita harus mengalami haid dan nifas.
5. Wanita memiliki hak waris yang lebih sedikit daripada pria.

Hmmm.... Kalau melihat keluhan di atas sepertinya berat ya jadi wanita... Padahal masih ada lagi beberapa keluhan yang pernah saya baca di rubrik konsultasi beberapa media, misalnya tentang kekuatan talak yang dimiliki pria terhadap wanita, hak-hak wanita dalam beberapa hal yang tidak sebanyak pria, dan beberapa hal lainnya.

Menanggapi itu, saya selalu 'membesarkan' hati para wanita yang sambatan itu dengan sekelumit ilmu dari pak Kyai di pondok dulu. Sampai sejauh ini, Alhamdulillah, para wanita itu 'puas' atas jawaban saya dan akhirnya menyadari kesalahannya yang merasa kurang bersyukur kepada Allah SWT.

Nah, beberapa waktu lalu, tidak sengaja saya membaca beberapa keluhan semacam itu muncul di status FB beberapa teman saya. Kebetulan juga, di rumah mertua ada tabloid Media Ummat yang pas membahas tentang hal itu. Klop dah. Akhirnya di sela-sela kesibukan merevisi proposal tesis, saya sempatkan menulis dan menyebarkan hal ini.

Sesungguhnya, jika wanita tahu betapa banyaknya hal yang bisa mereka dapatkan dan lakukan sebagai wanita, niscaya mereka akan bahagia dilahirkan sebagai wanita. Berikut sekelumit apa yang saya ketahui tentang wanita:
1. Wanita adalah makhluk yang berharga, sehingga wanita selalu dieman-eman, dijaga, dilindungi, dan diperlakukan secara hati-hati sebagaimana intan berlian yang mahal harganya. Dan siapakah yang rela melakukan itu semua? Pria!
2. Wanita memang wajib taat kepada suami. Tapi tahukah Anda jika lelaki juga wajib taat kepada ibunya 3 kali dari pada bapaknya?
3. Urusan warisan, wanita menerima lebih sedikit dari pada pria. Namun, semua warisan itu untuk dirinya. Sedangkan pria, harus membagi harta warisan itu untuk anak dan istrinya.
4. Hamil dan melahirkan adalah ibadah yang tak ternilai harganya, bahkan seluruh makhluk Allah mendoakannya setiap saat. Dan jika wanita tersebut meninggal saat melahirkan, Insya Allah satu tempat di syurga telah dijanjikan-Nya sebagai syahid.
5. Di akhirat kelak, seorang lelaki mempertanggungjawabkan 4 wanita: istrinya, ibunya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya. Dengan kata lain, seorang wanita dipertanggungjawabkan oleh 4 orang juga: suaminya, ayahnya, anak lelakinya, dan saudara lelakinya.
6. Wanita diberikan kebebasan memilih pintu syurga yang mana saja manakala Ia melakukan sholat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya, dan menjaga kehormatannya.
7. Lelaki wajib jihad fi sabilillah, sementara bagi wanita, jika Ia taat sepenuhnya kepada suaminya, serta menunaikan kewajibannya kepada Allah, maka Ia mendapatkan pahala seperti orang yang berjihad.

Nah, bahagia 'kan dilahirkan sebagai seorang wanita? Saya jadi ingat sebuah kisah kuno dari Eropa, yang menyebutkan konon katanya Tuhan menciptakan wanita terlebih dahulu. Karena merasa bosan dan berat dalam mengerjakan tugas-tugasnya, Tuhan kemudian menciptakan pria untuk meringankan beban pekerjaan, menghibur, melindungi, dan menjaga wanita. Sebagai imbalannya, Tuhan berpesan kepada wanita untuk selalu menaati, memuji, dan melayani pria agar selalu mau melakukan tugasnya sebagai 'pembantu'. Ah, bisa-bisa saja...

Akhirnya, saya selalu berpesan untuk selalu bersyukur atas segala nikmat dari Allah sekecil apapun. Karena dengan kita besyukur, maka niscaya akan bertambah nikmat kita. Sebaliknya jika kita kufur terhadap nikmat-Nya, maka perhatikan Allah bersabda: "maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrohim: 7).

Jadi, selamat ya, Anda dilahirkan sebagai wanita... Wallahua'lam...

Jumat, 04 November 2011

Senandung Atap Seng


Trok... trok… trok….
Hari ini hujan lagi.Suara air yang jatuh menerpa atap seng emper rumahku menemani istirahatku siang ini, setelah seharian sibuk memasukkan lamaran pekerjaan ke sejumlah sekolah di kotaku. Entah apa yang sedang terjadi di langit sana, sehingga di bulan September ini hujan masih membasahi bumi. Padahal, menurut guru IPS ku dulu, bulan September di Indonesia bisa dipastikan sedang musim kemarau. Mungkin saja, bulan September tahun ini, langit sedang gundah, segundah hatiku ini.
Ya, setiap ku mendengar suara hujan menerpa atap seng, jiwaku seolah-olah kembali ke masa lima tahun yang lalu, diiringi tidak beriramanya detak jantungku. Masa di mana dirimu mulai mengisi hari-hariku.Sebagaimana yang disenandungkan oleh atap seng…

Malang, awal Februari 2005

Musim hujan pertamaku di kota Malang, karena baru semester 2 kuliahku di kampus biru ini. Hawa dingin kota ini semakin menusuk bila musim hujan tiba. Apalagi bila hujan turun di malam hari, bisa dipastikan esok pagi aku dan teman-teman kost berangkat kuliah tanpa mandi terlebih dahulu. Ah, sebuah drama yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.
Siang ini, awan hitam kembali menggelayut di atas kampusku. Para mahasiswa segera bergegas meninggalkan kampus untuk segera tiba di kostnya, dari pada kehujanan di tengah jalan. Namun tidak diriku.Ada satu laporan yang belum kuselesaikan. Padahal deadline-nya hari ini jam 3 sore. Mau tidak mau, aku harus menyelesaikannya kalau tidak ingin nilai akhirku nanti diberi D oleh pak Yogi, si dosen displin itu. Dan siang itu, mbak Vera, asisten dosen pak Yogi yang menunggu tugasku.
“Alhamdulillah… selesai juga.” ujarku sambil menghela nafas panjang. Ya, setelah mengerjakan selama hampir 2 jam, akhirnya kuselesaikan laporan praktikum itu. Segera kuringkas peralatan tulisku. Laporan segera kuserahkan kepada mbak Vera  sambil berpamitan pulang. “Hati-hati dik Bayu, hujan udah mau turun.Apa ndak nunggu sampai nanti sore aja, mungkin hujannya gak lama.” kata mbak Vera. “Ndak, Mbak terima kasih. Ada urusan lain di kostan.” jawabku tak mau berlama-lama.
Segera kutinggalkan ruang 205 itu. Kulirik arlojiku, sudah jam 14.15. Kupalingkan pandanganku ke luar kaca jendela, kulihat awan semakin hitam, mungkin dalam hitungan menit akan turun hujan yang sangat deras. Tak ada mahasiswa lagi di lantai 1. Segera ku mengayunkan langkah meninggalkan gedung H tempatku kuliah.
 Tes... tes… tes... Titik-titik gerimis sudah mulai menerpa wajahku. Kupercepat langkahku, karena jarak kostku masih jauh. Ah, baru sampai portal kampus, padahal aku sudah setengah berlari. Byur… Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, diiringi angin yang lumayan besar. Aku berlari mencari tempat berteduh. Kulihat di pojok pertigaan, ada warung dengan emper sengnya. Aku segera lari kesana dan berteduh menghindari serbuan air hujan yang datang tiba-tiba.
Sial, belum sampai kost sudah deras, gumamku. Kulihat beberapa mahasiswi bergegas lalu-lalang di depanku sambil memakai payung untuk melawan hujan. Aku jadi ingat ibuku yang menyarankan aku bawa payung. “Bawa aja Le, nanti kalau di Malang hujan, kamu ndak kehujanan.” nasihat ibuku .“Emoh, Bu. Malu, kados cah wedok.” jawabku. Sekarang aku baru sadar, kalau nasihat ibu benar adanya.
Di tengah lamunanku, tiba-tiba sesosok tubuh wanita menabrak tubuhku…
Brukk…
Aku terhuyung. Untung masih bisa bersandar di tembok warung, namun siku tanganku terbentur kerasnya tembok… “Ukh…”, aku sedikit kesakitan.
“Aduh maaf Mas, gak bisa ngerem, lantainya licin…” kata pemilik tubuh yang menabrakku tadi sambil menguncupkan kedua tangannya. “Oh, gak pa-pa…” kataku untuk menenangkan suasanya sambil kubersihkan siku tanganku dari kapur tembok yang menempel.
Kulihat di depanku kini berdiri seorang mahasiswi yang separuh tubuhnya basah kuyup. Rupanya ia juga ingin berteduh, sebelum separuh tubuhnya lagi ikut basah.
Gadis itu mulai menyeka air-air yang membasahi tubuhnya. Kuperhatikan dia. Wajahnya manis, mengingatkanku pada artis Revalina S. Temat, hanya gadis ini agak sedikit sawo matang. Rambutnya lurus sebahu dibiarkan terurai, sehingga tetes-tetes air hujan mengalir melalui rambutnya. Tubuhnya tinggi… Ah, ngapain memperhatikan gadis itu, lebih baik menikmati kacaunya irama air hujan yang menabuh emper  warung ini yang tebuat dari seng.
“Mas, maaf beneran ya… Tadi aku terburu-buru…”si gadis kembali minta maaf. Rupanya dia masih merasa bersalah. “Oh, ya ndak pa-pa… Cuma terbentur dikit, nggak sakit kok.” jawabku.“Tapi mbak gak apa-apa juga ‘kan?” aku ganti bertanya. “Oh, ya mas, gak pa-pa… Untung aku tadi nabrak mas-nya, kalau ndak, aku tadi mungkin udah jatuh… Abis, lantainya basah mas, jadi licin… Sulit ngerem larinya…” jawabnya. Wah, tanya sedikit jawabnya panjang, batinku.
“Lho, mas nya kuliah di sini juga ya?”
“Oh… Iya”
“Jurusan apa?”
“Biologi”
“Program studi pendidikan?”
“He’eh.”, aku mengangguk.
“Wah, calon pak guru nih…”
“Insya Allah.” aku hanya tersenyum simpul.
“Oh ya, kita belum kenalan, namaku Sekar Ayu, mas. Aku jurusan Tata Boga, ambil D3 nya.”dia memperkenalkan diri. Tangannya menjulur ke arahku. Kusambut tangannya. Dingin, karena habis kena air hujan. “Bayu Saputra.” aku memperkenalkan diri.“Ooh, mas Bayu Saputra tho…” dia mengulangi namaku sambil tersenyum.
“Lho, mbak Sekar gak bawa payung?Cewek ‘kan biasanya payungan kalau hujan begini?” aku mulai berani bertanya.Rupanya Sekar Ayu ini anaknya supel dan senang diajak ngobrol.
“Ayu mas, biasanya aku dipanggil Ayu” dia mengoreksi panggilanku padanya.
“Ooo… Mbak Ayu…” aku hanya bisa tersipu.
“Jangan panggil mbak dong mas, aku Maba disini, baru semester 2, jadi barang bawaan masih belum lengkap, termasuk payung… Makanya tiap hujan mesti lari-lari…”lanjut Ayu.
 “Lho, sama dong, aku juga mahasiswa baru…Jadi gak usah panggil mas deh, Bayu aja” jawabku.
“Oh, gitu ya?”
“Iya.. Panggil Bayu aja”jawabku singkat.
“Bayu? Gak, ah… Nama kuno tuh… Saya panggil Bay aja ya?” ujar Ayu tersenyum sambil mengacungkan telunjuknya.
“Terserah deh…” aku seperti gak punya pilihan. “Tapi, kamu juga harus mau kupanggil Ay… Gimana?”tiba-tiba aku menemukan cara membalas perlakuannya.
“Mbales nih critanya…” Ayu tertawa kecil.“Emang kenapa kalau Ayu?Aku gak ‘ayu’ ya?” lanjutnya.
“Bukan aku lho ya yang ngomong…” sergahku.Kami pun tertawa bersama diiringi bunyi hujan yang semakin deras.
Masih sambil tertawa, kuperhatikan dan kunikmati ekspresi wajah Ay, cewek yang baru kukenal ini. “Gak Ay, kamu bukan gak ayu, tapi kamu lebih tepat kalau kusebut manis…” batinku. Benar! Ekspresi wajahnya benar-benar mampu menghadirkan kehangatan dalam jiwaku ditengah suasana dingin kota Malang siang ini. Dan bunyi air hujan yang menerpa atap seng emper warung pojok itu, seolah bersenandung dan mengiringi perkenalan kami.
Selanjutnya, aku dan Ay saling berbagi informasi, nomor HP, alamat kost, hingga urusan pribadi dan kuliah. Saat itu, kutemukan seorang sahabat yang di hari-hari berikutnya dalam kehidupan kami,akan saling berbagi suka dan duka.

Teng…! Teng…! Teng…!

Jam Junghans besar di rumah membangunkanku dari lamunan. Sudah jam 3 sore ternyata. Kulihat hujan di luar sudah mulai reda. Tinggal tetes-tetes kecil yang menghiasi sebelum benar-benar reda. Senandung atap seng pun mulai melirih. Membawaku kembali ke kehidupan nyata.
Aku bangun dari ranjangku. Kuregangkan sejenak otot-ototku yang kaku karena cukup lama kugunakan untuk tengkurap. Kubuka laci mejaku. Kuambil notes kecil di pojok laci. Jariku menari-nari membuka halaman demi halaman notes lusuh itu. “Ah, masih ada…” pekikku pelan.Ya, nomor HP yang dulu pernah dituliskan Ay ternyata masih ada, walaupun tintanya sudah mulai luntur.
Segera kuraih HP yang sedang di-charge di rak buku.Sudah full rupanya. Kutekan-tekan keypad HPku. Sudah lengkap nomor Ay tertulis di layar HP, 081334550018. Namun, mengapa jari ini begitu berat untuk menekan tombol telepon di HPku… Ah, bismillah… Kutekan juga tombol telepon di HPku.Ya, untuk pertama kalinya setelah 2 tahun kami putus komunikasi, kuhubungi lagi nomor itu.
“Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar area, silakan coba beberapa saat lagi. The number you are calling…”.Ah, kuputus suara operator yang belum selesai itu.
Ay… Di manakah kau saat ini? Bagaimana kabarmu setelah 2 tahun lalu kau tinggalkan aku, sahabatmu, untuk pulang ke Trenggalek, kampung halamanmu? Apa alasanmu dulu meninggalkan bangku kuliahmu? Padahal saat itu kau tinggal mengerjakan tugas akhirmu… Kau dulu tak pernah memberitahuku, dengan alasan urusan pribadi. Padahal biasanya kau sangat terbuka kepadaku.
Ay… Sahabatku… Aku rindu dirimu… Aku kangen motivasimu saat aku mengeluh akan tugasku. Aku kangen cerita-cerita indahmu saat aku bersedih. Aku kangen mengantarmu cari bahan dan alat masak untuk praktek kuliahmu. Aku kangen semua yang pernah kita lalui bersama, Ay... Aku sungguh kehilanganmu, Ay…
Semoga kau bahagia Ay… Di manapun kau berada… Sebahagia diriku, Bay, calon pak guru yang dulu sama-sama kehujanan di bawah atap seng emper warung pojok dekat kampus kita…

Probolinggo, Oktober 2011
Untuk Ay, sahabat terbaikku…